cerdiku – Dinas Kesehatan Kota Bandung https://dinkes.pafikabbandungbarat.id Mewujudkan Bandung kota sehat yang mandiri dan berkeadilan Fri, 08 Dec 2023 09:45:15 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.7.1 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/wp-content/uploads/2020/07/cropped-LOGO-KOTA-BANDUNG-32x32.png cerdiku – Dinas Kesehatan Kota Bandung https://dinkes.pafikabbandungbarat.id 32 32 CIRI-CIRI ANEMIA DAN DAMPAKNYA PADA REMAJA PUTRI https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/ciri-ciri-anemia-dan-dampaknya-pada-remaja-putri/ Fri, 08 Dec 2023 09:45:10 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4281 Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Umumnya, ciri-ciri anemia pada remaja putri tidak begitu berbeda dengan gejala yang kerap terjadi. Tapi, tentunya ada beberapa gejala yang membedakan anemia pada remaja dan jenis anemia lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan perempuan membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

Pada remaja putri, asupan zat besi tidak hanya digunakan untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga digunakan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui darah yang keluar saat mengalami menstruasi di setiap bulan. Oleh karena itulah remaja putri berisiko mengalami kekurangan zat besi, yang nantinya dapat berkembang menjadi anemia.

Masa remaja merupakan masa di mana pertumbuhan terjadi dengan cepat, sehingga kebutuhan gizi pada masa ini ikut meningkat, termasuk zat besi. Zat besi dibutuhkan pada semua sel tubuh dan merupakan dasar dalam proses fisiologis, seperti pembentukan sel darah merah (hemoglobin) dan fungsi enzim.

Terdapat beberapa ciri-ciri paling umum yang dialami pada remaja putri, seperti kelelahan, kulit pucat, pusing dan sakit kepala, sesak nafas, jantung berdebar, kulit dan rambut kering, lidah bengkak, serta mulut terasa sakit.

Dampak dari anemia pada remaja putri mungkin tidak dapat langsung terlihat, namun dapat berlangsung lama dan mempengaruhi kehidupan remaja selanjutnya. Anemia pada remaja putri dapat berdampak panjang bagi dirinya dan juga anak yang dilahirkan kelak. Dampak dari anemia adalah terganggunya pertumbuhan dan perkembangan, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, hingga lebih rentan terhadap keracunan.

Kekurangan zat besi atau anemia yang berlanjut sampai dewasa dan hingga hamil, dapat menimbulkan risiko terhadap bayinya. Remaja perempuan yang sudah hamil dan menderita anemia dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan melahirkan bayi dengan berat badan rendah.

Untuk mencegah anemia sangat disarankan untuk memenuhi zat besi dengan cara makan makanan bergizi yang seimbang setiap hari. Mulailah dari sarapan yang mengandung makanan sumber zat besi, seperti roti atau sayuran berdaun hijau.

Selain itu, penting pula untuk mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran sebanyak 5 porsi per hari untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tubuh. Kemudian, sangat disarankan untuk rutin minum Tablet Tambah Darah (TTD) setidaknya sekali dalam seminggu.

]]>
CIRI-CIRI DAN UPAYA PENCEGAHAN STUNTING https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/ciri-ciri-dan-upaya-pencegahan-stunting/ Fri, 08 Dec 2023 09:18:42 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4278

Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Stunting, atau pertumbuhan terhambat pada anak, telah menjadi isu serius di Indonesia yang memerlukan perhatian mendalam dari berbagai pihak. Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir, prevalensi stunting yang masih tinggi di beberapa daerah memerlukan pendekatan holistik untuk memahami, mencegah, dan mengatasi dampaknya terhadap generasi masa depan.

Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, prevalensi stunting di Indonesia masih relatif tinggi, khususnya di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan dan akses terbatas terhadap layanan kesehatan. Angka ini mencerminkan ketidaksetaraan dalam pemberian hak dasar untuk tumbuh dan berkembang.

Stunting bukan hanya masalah pertumbuhan fisik, tetapi juga memengaruhi perkembangan kognitif anak. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tinggi badan yang lebih pendek dan berisiko mengalami keterlambatan dalam pencapaian potensi kognitif dan sosial mereka.

Ciri utama stunting adalah tinggi badan anak yang lebih pendek dari seharusnya untuk usianya. Pengukuran ini sering diukur dengan indeks pertumbuhan anak. Anak-anak yang mengalami stunting mungkin memiliki berat badan yang tidak proporsional terhadap tinggi badan mereka, menciptakan kesan kurus.

Stunting dapat memengaruhi perkembangan otak dan kognitif anak, yang dapat berdampak pada kemampuan belajar dan pemahaman. Anak-anak yang mengalami stunting dapat memiliki daya tahan tubuh yang rendah, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.

Kurangnya asupan gizi yang seimbang, khususnya pada masa pertumbuhan awal, dapat menjadi pemicu utama stunting. Infeksi dan penyakit menular yang sering terjadi pada anak-anak dapat menghambat penyerapan nutrisi, memperparah risiko stunting.

Faktor ekonomi dan sosial, seperti ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, juga dapat berkontribusi pada stunting. Program pemberian makanan tambahan dan edukasi gizi dapat membantu meningkatkan asupan gizi pada anak-anak.

Edukasi gizi bagi orang tua dan masyarakat dapat memberikan pemahaman tentang pola makan seimbang dan praktik gizi yang baik. Peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik dapat mengurangi risiko infeksi dan penyakit yang dapat menyebabkan stunting.

Peningkatan pelayanan kesehatan maternal dan anak, termasuk pemberian nutrisi tambahan, dapat membantu mengurangi risiko stunting. Memberdayakan masyarakat untuk memahami dan mengatasi stunting melalui program-program partisipatif dan pendekatan dari bawah ke atas.

Pemerintah perlu menerapkan kebijakan dan program yang mendukung pencegahan stunting, seperti program pemberian makanan tambahan di sekolah dan kampanye gizi. Mengatasi stunting di Indonesia memerlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah dan sehat bagi generasi penerus bangsa ini.

]]>
ASUPAN TABLET TAMBAH DARAH UNTUK CEGAH ANEMIA DAN STUNTING https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/asupan-tablet-tambah-darah-untuk-cegah-anemia-dan-stunting/ Fri, 08 Dec 2023 09:08:58 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4274

Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Kurangnya sel darah merah dapat mengakibatkan kurangnya asupan oksigen di dalam tubuh. Hal ini bisa menyebabkan kondisi tubuh anemia. Saat anemia terjadi, kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah lebih rendah dari standar yang seharusnya. Remaja putri yang mengalaminya dapat dikatakan anemia apabila Hb < 12 gr/dl. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh, termasuk otot dan otak untuk melakukan fungsinya.

Anemia dapat dikenali dengan menyadari ciri-ciri yang muncul. Umumnya, gejala anemia berupa lemah, lesu, lelah, letih, dan lunglai. Hal ini terjadi karena kurangnya kadar oksigen di dalam darah. Anemia pada remaja putri akan berdampak pada kesehatan dan prestasi di sekolah.

Penyebab umum anemia adalah kekurangan zat besi dalam tubuh. Tak jarang para remaja putri kurang memperhatikan kandungan zat dan gizi yang ada pada makanan yang dikonsumsinya.

Selain itu, anemia pada remaja putri juga dapat disebabkan oleh menstruasi. Menstruasi dapat menyebabkan remaja putri kehilangan banyak darah sehingga mengakibatkan kondisi anemia.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia pada remaja putri. Pertama, putri harus rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) secara teratur. TTD dapat dikonsumsi sebanyak 1 butir setiap minggunya.

Selain mengkonsumsi TTD, remaja putri juga harus mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang di dalamnya mengandung zat besi. Tidak lupa juga untuk tetap rajin berolahraga agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik. Untuk memastikan tidak mengalami anemia, perlu dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin untuk memastikan kadar sel darah merah yang masih dalam batas normal. Itulah hal-hal seputar anemia yang perlu diwaspadai, khususnya bagi remaja putri. Anemia tidak boleh dianggap remeh karena dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi tubuh. Tentunya akan berpengaruh juga terhadap produktivitas dan prestasi di sekolah.

]]>
MASALAH ANEMIA PADA REMAJA PUTRI https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/masalah-anemia-pada-remaja-putri/ Fri, 08 Dec 2023 08:28:41 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4271

Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Kurangnya asupan zat besi yang cukup dapat menyebabkan masalah anemia pada remaja. Remaja putri memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami anemia karena masa pertumbuhan fisik, pematangan reproduksi, dan transformasi kognitif yang menuntut kebutuhan zat besi yang tinggi. Berdasarkan pada pedoman WHO, remaja dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 12 mg/dl. Namun, hal ini dapat dipengaruhi oleh peningkatan kebutuhan zat besi, penurunan asupan zat besi, pertumbuhan fisik yang cepat, kehilangan menstruasi, serta kebutuhan zat besi yang tinggi untuk pembentukan hemoglobin.

Remaja yang mengalami masalah anemia bisa mencegah penyakit ini di antaranya dengan membiasakan diri untuk makan teratur serta rajin mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi. Terdapat banyak jenis anemia dengan berbagai faktor penyebab seperti kanker, diabetes, kelainan genetik, kekurangan Vitamin B12, dan lain-lain. Tetapi, penyebab paling umum di balik anemia adalah pengabaian nutrisi yang juga merupakan alasan utama anemia pada remaja putri.

Sementara, penyebab lainnya dapat terjadi karena asupan makanan yang buruk menyebabkan kekurangan zat besi dalam tubuh, kekurangan vitamin penting seperti asam folat, B12, dan Vitamin C. Remaja putri yang sudah menghadapi faktor-faktor risiko ini mungkin menghadapi bahaya tambahan seperti, kehilangan banyak darah saat menstruasi.

Pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah. Kekurangan zat besi merupakan salah satu penyebabnya.

Hal ini disebabkan oleh gaya hidup remaja termasuk kebiasaan asupan gizi yang kurang memadai, kebiasaan minum teh dan kopi, serta kurangnya aktivitas fisik. Di sisi lain, remaja putri membutuhkan lebih banyak zat besi pada masa pertumbuhan dan saat kehilangan darah ketika menstruasi. Oleh karena itu, remaja putri lebih beresiko tinggi mengalami anemia akibat kekurangan zat besi.

]]>
TANTANGAN KESEHATAN PADA REMAJA PUTRI https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/tantangan-kesehatan-pada-remaja-putri/ Fri, 08 Dec 2023 05:56:28 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4268

Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Anemia merupakan suatu kondisi yang terkait dengan kadar rendah sel darah merah atau kurangnya hemoglobin dalam darah. Kondisi ini menjadi masalah kesehatan yang serius dan memiliki dampak yang signifikan, terutama pada remaja putri. Di fase yang penuh dengan perubahan dan pertumbuhan, anemia dapat menjadi hambatan potensial yang mengganggu perkembangan optimal dan kesejahteraan.

Anemia pada remaja putri terjadi saat tubuh mengalami defisiensi zat besi, vitamin B12, asam folat, atau kombinasi dari ketiganya. Zat besi dan vitamin B12 penting untuk pembentukan hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Penyebab Anemia pada Remaja Putri

  1. Kurangnya Asupan Zat Besi

Remaja putri seringkali mengalami anemia karena kurangnya asupan zat besi dalam diet sehari-hari mereka. Faktor ini dapat terkait dengan pola makan yang tidak seimbang atau kurangnya pemahaman tentang nilai gizi makanan.

  1. Siklus Menstruasi

Kehilangan darah selama menstruasi merupakan faktor risiko tambahan. Remaja putri yang mengalami menstruasi yang berat atau berkepanjangan berisiko tinggi mengalami kekurangan zat besi.

  1. Gangguan Penyerapan Nutrisi

Beberapa kondisi medis, seperti gangguan penyerapan nutrisi dalam saluran pencernaan, dapat menyebabkan anemia meskipun asupan nutrisinya cukup.

  1. Pertumbuhan yang Cepat

Proses pertumbuhan yang cepat selama masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang lebih besar. Kekurangan zat besi dapat terjadi jika tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

Dampak Anemia pada Remaja Putri

  1. Kelelahan dan Kecemasan

Anemia dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan, penurunan energi, dan bahkan kecemasan pada remaja putri.

  1. Pengaruh pada Konsentrasi dan Kinerja Belajar

Kekurangan oksigen akibat anemia dapat mempengaruhi fungsi otak, mengurangi konsentrasi dan kinerja belajar.

  1. Gangguan Siklus Menstruasi

Anemia yang berkepanjangan dapat mempengaruhi siklus menstruasi, menciptakan lingkaran setan dengan meningkatkan risiko kehilangan darah lebih lanjut. Untuk mencegahnya, pastikan untuk selalu mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani, pola hidup yang sehat seperti olahraga 30 menit setiap hari, dan minum satu Tablet Tambah Darah (TTD) setiap minggu.

]]>
MENCEGAH STUNTING DENGAN ISI PIRINGKU https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/mencegah-stunting-dengan-isi-piringku/ Fri, 08 Dec 2023 04:34:16 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4257

Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi yaitu stunting dan anemia. Timbulnya masalah gizi ini banyak terjadi pada anak usia di bawah dua tahun yang erat kaitannya dengan persiapan kesehatan dan gizi seorang ibu.

Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Bandung bersama Kementerian Kesehatan, melakukan langkah-langkah pencegahan yang di antaranya menjalankan rekomendasi Isi Piringku.

Dalam satu Isi Piringku harus tersedia lengkap, mulai dari makanan pokok, lauk-pauk, dan sayur serta buah-buahan. Rekomendasi komposisi Isi Piringku dari Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan terdiri dari kombinasi 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen karbohidrat dan protein dengan pembagian sepertiga lauk dan dua pertiga karbohidrat.

Adapun makanan pokok yang dimaksud bukan hanya nasi, melainkan juga bisa divariasikan dengan kentang, singkong, jagung, sagu, ubi, dan lain-lain.

Sedangkan lauk-pauk dapat berupa protein hewani daging sapi/ayam/unggas, ikan, telur, serta protein nabati tahu, tempe, dan produk olahannya. Untuk sayur dan buah bisa juga berupa sawi, bayam, papaya, jeruk, dan sebagainya.

Bahaya Anemia

Anemia pada remaja memiliki dampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja, dan produktivitas. Selain itu, anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, karena mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi. Hal tersebut dapat memperbesar risiko bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).

Tidak hanya menerapkan Isi Piringku, para remaja diharapkan bisa menerapkan gaya hidup sehat seperti mencuci tangan pakai sabun, berolahraga, memantau berat badan, minum tablet tambah darah (TTD) dan minum air putih 8 gelas setiap hari.

Dengan cara ini, maka remaja putri tidak hanya menjaga kesehatan sendiri, tapi juga akan berdampak di masa yang akan datang, di mana mareka akan melahirkan generasi yang sehat dan bebas stunting.

]]>
WASPADAI ANEMIA YANG MENGAKIBATKAN RISIKO STUNTING https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/waspadai-anemia-yang-mengakibatkan-risiko-stunting/ Fri, 08 Dec 2023 03:10:14 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4254 Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Stunting menjadi salah satu bentuk kelainan gizi pada anak. Kelainan ini terlihat dari panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan usia anak sebayanya. Kondisi tersebut dapat diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara itu, anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin darah di bawah normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hal ini dapat terjadi saat kekurangan zat besi sehingga menyebabkan anemia yang banyak terjadi pada anak-anak.

Penyebab terjadinya stunting salah satunya diakibatkan oleh defisiensi zat besi. Zat besi merupakan salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting.

Di Indonesia, pemerintah senantiasa melakukan program bebas stunting yang ditujukan bagi remaja. Karena stunting berhubungan dengan anemia, di mana anemia dapat terjadi pada semua siklus kehidupan, mulai dari remaja. Sehingga, program pemerintah didukung dengan memberiikan tablet tambah darah pada remaja putri, tujuannya untuk memotong rantai anemia. Dengan dilakukannya hal tersebut, harapannya kadar Hb remaja putri menjadi baik yang nantinya dapat menurunkan risiko anemia yang lebih rendah.

Anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi ini menyebabkan pembentukan sel darah merah turun, umur sel darah merah menjadi lebih muda. Jadi, sel darah merahnya tidak cukup untuk membuat metabolism tubuh menjadi optimal.

Hb atau sel darah merah adalah transporter utama untuk oksigen. Di mana oksigen digunakan oleh semua metabolisme tubuh yang ada di dalam sel. Jika salah satunya tidak tercukupi dengan baik, maka metabolismenya tidak berjalan dengan optimal. Akhirnya, terjadilan gangguan pertumbuhan yang nanti di kemudian hari bisa menjadi stunting. Terdapat tiga aspek penting untuk mencegah stunting, yaitu mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein hewani, melakukan aktivitas fisik atau olahraga setiap hari minimal 30 menit, dan rutin minum tablet tambah darah setiap satu minggu sekali.

]]>
MENGENAL STUNTING DAN DAMPAKNYA PADA PERTUMBUHAN ANAK https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/mengenal-stunting-dan-dampaknya-pada-pertumbuhan-anak/ Fri, 08 Dec 2023 02:54:13 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4250 Oleh : Promkes Dinkes Kota Bandung

Stunting yang dikenal sebagai pertumbuhan terhambat, adalah kondisi medis yang menandakan kurangnya pertumbuhan fisik dan perkembangan anak secara normal. Kondisi ini menjadi fokus perhatian global karena dampak jangka panjangnya pada kesehatan dan kemampuan anak-anak untuk mencapai potensi penuh mereka.

Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Sederhananya, stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak. Penyebab utama dari stunting adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak. Banyak yang tidak menyadari bahwa tinggi pendeknya anak bisa menjadi tanda adanya masalah gizi kronis.

Perlu diingat bahwa anak pendek belum tentu mengalami stunting. Namun anak yang mengidap stunting pasti berperawakan pendek. Anak dengan asupan gizi terbatas sejak kecil dan telah berlangsung lama berisiko mengalami pertumbuhan yang terhambat.

Stunting merupakan masalah kesehatan yang sudah ada sejak lama, seperti gizi buruk, terserang infeksi berkali-kali, kelahiran premature, dan berat badan lahir rendah. Namun, kekurangan gizi menjadi penyebab yang paling banyak.

WHO menyatakan bahwa sekitar 20% kasus stunting terjadi sejak anak berada dalam kandungan. Hal ini dapat terjadi karena makanan yang dikonsumsi ibu hamil kurang bergizi sehingga janin tidak mendapatkan cukup nutrisi. Akibatnya, pertumbuhan janin dalam kandungan mulai mengalami hambatan dan terus berlangsung hingga setelah lahiran.

Selain itu, tepat di saat anak di bawah usia dua tahun kebutuhan asupan gizinya tidak terpenuhi. Asupan yang diperlukan itu meliputi ASI dan MPASI (makanan pendamping ASI). Kemudian, kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab stunting, khususnya makanan yang kaya akan protein, mineral zinc, serta zat besi yang penting bagi anak di usia balita.

Singkatnya, stunting adalah masalah kesehatan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi sehingga mengakibatkan pertumbuhannya terganggu. Namun, tidak dapat menggeneralisasi juga setiap anak yang berperawakan pendek selalu mengalami stunting. Postur tubuh dapat dipengaruhi oleh gen dan juga hormon. Anak dengan stunting sebagian besar bertubuh pendek, namun tidak semua anak berperawakan pendek disebabkan stunting.

]]>
ANEMIA DAN STUNTING: TANTANGAN GANDA DALAM PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/anemia-dan-stunting-tantangan-ganda-dalam-pertumbuhan-dan-kesehatan/ Fri, 08 Dec 2023 01:59:29 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4242 Anemia dan stunting merupakan dua masalah kesehatan global yang seringkali terjadi bersamaan, membawa dampak serius pada pertumbuhan dan perkembangan manusia, terutama pada anak-anak dan remaja. Dua kondisi ini, meskipun terkait dengan aspek gizi yang berbeda, saling terkait dan dapat memperburuk kesehatan secara keseluruhan.

Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin, yang bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia dan kondisi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi lebih sering ditemukan pada remaja putri.

Remaja putri yang mengalami anemia mungkin mengalami penurunan daya tahan tubuh, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, dan perkembangan fisik yang terhambat. Pada ibu hamil, anemia dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.

Sementara stunting adalah kondisi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan anak terhambat secara kronis akibat kekurangan gizi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun.

Anak-anak yang mengalami stunting mungkin memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari anak sebayanya dan dapat mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Ini dapat mempengaruhi kemampuan belajar dan produktivitas di masa dewasa.

Kedua kondisi tersebut memiliki hubungan dengan defisiensi gizi, terutama zat besi. Anemia dapat memperburuk stunting karena zat besi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel.

Anak-anak yang mengalami kedua kondisi ini secara bersamaan mungkin mengalami dampak kesehatan yang lebih parah, termasuk penurunan daya tahan tubuh dan kemampuan belajar yang terhambat. Oleh karena itu, perlu melibatkan pemberian makanan bergizi tinggi seperti daging, sayuran berdaun hijau, dan sumber zat besi lainnya. Dalam beberapa kasus, suplemen zat besi dan vitamin dapat diresepkan untuk mengatasi defisiensi nutrisi.

Anemia dan stunting menjadi tantangan ganda yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat. Melalui upaya bersama dalam pendidikan gizi, pencegahan, dan penanganan, kita dapat mengurangi prevalensi kedua kondisi ini dan memberikan generasi yang lebih kuat dan sehat di masa depan.

]]>
KENALI DAMPAK ANEMIA PADA REMAJA PUTRI https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/kenali-dampak-anemia-pada-remaja-putri/ Thu, 07 Dec 2023 07:19:03 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=4235

Usia remaja merupakan usia yang memulai banyaknya kegiatan dan hobi yang ingin dijalani. Sehingga, penting bagi para remaja untuk terus menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh agar terhindar dari berbagai macam kesehatan yang dapat mengganggu aktivitas harian. Salah satu penyakit yang harus diwaspadai tersebut, salah satunya adalah anemia.

Anemia merupakan penyakit yang kondisi ketika tubuh mengalami kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Sehingga menyebabkan, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga membuat penderita anemia memiliki kulit yang pucat dan mudah lelah.

Tidak hanya itu, anemia juga menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, diantaranya seperti penurunan imunitas, penurunan konsentrasi, mengalami penurunan prestasi dalam belajar, tidak bugar dan mengalami penurunan produktivitas, hingga memperbesar resiko kematian saat melahirkan, bayi lahir prematur, dan berat badan bayi yang cenderung rendah.

Adanya berbagai macam penyakit akibat anemia pada remaja diatas, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para remaja untuk bisa mulai menerapkan berbagai macam pencegahan anemia, seperti mengkonsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, C, Zinc dan mengkonsumsi tablet tambah darah.

Tablet tambah darah adalah tablet bulat atau lonjong berwarna merah tua yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah. Tablet ini dapat diminum sekali dalam seminggu oleh remaja putri agar hasilnya efektif.

Tetap terapkan perilaku hidup sehat dengan beraktivitas fisik seperti olahraga setiap hari selama 30 menit, mengkonsumsi nutrisi dan protein serta beristirahat yang cukup. Namun, apabila dirasa berlanjut, maka segeralah melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala penyakit akibat anemia, agar bisa segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.

]]>