kesgagizi – Dinas Kesehatan Kota Bandung https://dinkes.pafikabbandungbarat.id Mewujudkan Bandung kota sehat yang mandiri dan berkeadilan Mon, 11 Jan 2021 08:04:23 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.7.1 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/wp-content/uploads/2020/07/cropped-LOGO-KOTA-BANDUNG-32x32.png kesgagizi – Dinas Kesehatan Kota Bandung https://dinkes.pafikabbandungbarat.id 32 32 Sah! Kelurahan Cimincrang Raih Gelar Kelurahan ODF https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/sah-kelurahan-cimincrang-raih-gelar-kelurahan-odf/ Wed, 25 Nov 2020 04:21:00 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=2358 Kelurahan Cimincrang, Kecamatan Gedebage berhasil meraih gelar Kelurahan Open Defecation Free (ODF) usai diverifikasi oleh tim gabungan Dinas Kesehatan Kota Bandung, Forum Kecamatan Sehat, dan Kecamatan Gedebage. Kelurahan Cimincrang menjadi kelurahan ke-13 di Kota Bandung yang meraih gelar tersebut per Selasa (24/11/2020).


Sebelumnya, pada tahun 2017 Kelurahan Cimincrang sudah dicanangkan menjadi kelurahan percepatan ODF karena masih ada 3 RW yang belum memiliki akses sanitasi ke septic tank. Namun, proses tersebut terkendala karena masyarakat di wilayah tersebut belum mengerti pentingnya membuang air besar ke septic tank.


Lurah Cimincrang, Puji Rahayuningtyas menjelaskan pihak kewilayahan Cimincrang dan Gedebage bekerja sama dengan puskesmas dan masyarakat setempat untuk melakukan sosialisasi ODF sejak 2017. Proses tersebut berlanjut hingga tahun 2018 diikuti dengan pelaksanaan pemicuan ke masyarakat.


“Tahun 2019 kami mulai melakukan perencanaan anggaran dan membangun septic tank komunal sambil terus melakukan pemicuan dan di tahun ini kami tinggal melakukan penyisiran ke rumah-rumah yang belum memiliki septic tank hingga akhirnya tercapai ODF 100 persen,” jelasnya.
Puji menjelaskan bahwa proses menjadikan Cimincrang sebagai Kelurahan ODF tidaklah mudah. Keterbatasan lahan menjadi kendala utama dalam penyediaan akses septic tank bagi masyarakat, terutama di wilayah padat penduduk.


“Akhirnya kita berikan solusi agar septic tank dibuat di bawah rumah, misalnya di bawah teras, ruang tamu, atau jalan. Setelah dicoba ke beberapa rumah, akhirnya masyarakat mengerti bahwa membuat septic tank di bawah rumah tidak berbau dan hemat tempat, sehingga terpicu untuk membuat septic tank sendiri ataupun komunal,” kata Puji.
Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga (Kesling Kesjaor) Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ni Luh Widyastuti menyebutkan bahwa verifikasi dan deklarasi ODF bukanlah akhir pencapaian, melainkan awal proses mempertahankan perilaku masyarakat agar tidak kembali membuang air besar sembarangan. Selain itu, ODF penting diterapkan untuk mencapai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.


“ODF hanyalah satu pilar dari 5 pilar STBM. Pilar lainnya seperti cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga akan tercapai satu per satu jika ODF sudah tercapai,” kata Widya.


Widya menekankan pentingnya dukungan dan komitmen masyarakat untuk membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat karena ODF dapat dikatakan sukses jika perilaku tersebut sudah menjadi budaya di masyarakat.


Selain Kelurahan Cimincrang, ada lima kelurahan lainnya yang masih menunggu proses verifikasi ODF, yakni Kelurahan Derwati, Cipadung Kidul, Cisaranten Kulon, Mekarmulya, dan Sarijadi.
(Humas Dinkes Kota Bandung)

]]>
Kualitas Remaja Jadi Kunci Cegah Stunting https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/kesehatan-keluarga-dan-gizi/ Wed, 18 Nov 2020 04:02:00 +0000 https://dinkes.pafikabbandungbarat.id/?p=2352 Kualitas kesehatan remaja menjadi kunci dalam mencegah stunting. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita pada Gebyar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Stunting dengan Penggerakkan Pelaksanaan Intervensi Spesifik dan Sensitif, Senin (16/11/2020).
“Stunting ini permasalahan yang tidak bisa selesai dengan satu cara, melainkan harus diselesaikan dari segala tingkatan, terutama dengan meningkatkan kualitas remaja putri yang kelak akan melahirkan generasi selanjutnya,” jelas Rita.
Ia menyebutkan bahwa angka stunting di Kota Bandung masih tinggi. Hasil data Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 angka stunting di Kota Bandung sebesar 25,8% lalu turun ke angka 21,74% berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar. Namun, angka ini kembali naik menjadi 28,12% di tahun 2019 berdasarkan Survei Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas kesehatan anak-anak dan remaja yang kurang mendapatkan asupan gizi seimbang juga remaja putri yang mengalami anemia karena kekurangan zat besi.
“Sekarang banyak makanan kekinian tinggi gula dan lemak, tapi rendah serat dan ini disukai anak-anak dan remaja, padahal makanan tersebut dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko Penyakit Tidak Menular (PTM),” tambah Rita.
Ia menyebutkan, pencegahan masalah gizi pada anak usia remaja bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat dan makan makanan bergizi seimbang. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif oleh seluruh pihak terkait agar para remaja yang kelak akan menjadi orang tua dapat menghasilkan generasi yang unggul dan sehat.
“Kami punya program REMBULAN (Remaja Bandung Unggul Tanpa Anemia) yang mengajak remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin. Dalam program ini kami bentuk juga kader REMBULAN yang dibekali ilmu tentang penting nya tablet tambah darah agar remaja putri semakin paham pentingnya mencukupi asupan zat besi dalam tablet tambah darah serta bisa mengajak teman-teman sebayanya untuk mengonsumsi tablet tambah darah,” paparnya.
Rita juga mengajak agar para remaja dapat menerapkan empat pilar gizi seimbang, yakni mengonsumsi aneka ragam pangan, membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat, melakukan aktivitas fisik, serta memantau berat badan secara teratur.
Selaras dengan Rita, Ketua Indonesia Sport Nutrisionist Association (ISNA), Rita Ramayulis menekankan bahwa para remaja tidak perlu khawatir dengan bentuk tubuhnya dan sebaiknya berfokus untuk memaksimalkan tinggi badan dengan asupan gizi seimbang.
“Saya mengerti, anak remaja punya kekhawatiran akan bentuk tubuhnya. Remaja putri khawatir tubuhnya gemuk sehingga banyak yang melakukan diet ekstrim, sedangkan remaja laki-laki kebanyakan ingin terlihat berotot jadi mereka berlatih mengangkat beban. Padahal tidak perlu, maksimalkan dulu asupan gizinya supaya bisa mencapai tinggi maksimal,” jelas Rita.
Ia juga berharap agar para remaja lebih memperhatikan asupan gizi mereka agar kelak dapat melahirkan generasi yang bebas stunting.
Selain melalui intervensi gizi, pencegahan stunting juga dapat dilakukan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Hal ini disampaikan Kasie Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Kota Bandung, Ni Luh Widya.
“STBM bisa dicapai dengan menerapkan 5 pilar perubahan perilaku higienis, yaitu tidak buang air besar sembarangan (saluran pembuangan akhir jamban tidak ke sungai/selokan), mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, mengolah air minum dan makanan yang aman mengolah sampah dengan benar, dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman,” jelasnya.
(Humas Dinas Kesehatan Kota Bandung)

]]>